Kilas balik :
Kalau nggak salah saya menulis cerita ini karena tinggal di perumahan yang banyak sekali ditanami pohon mangga. Namun ada satu rumah yang menarik perhatian saya, yakni tidak menanam pohon mangga melainkan menanam pohon mengkudu.
Dari sini saya cari info manfat buah mengkudu. Alhadulillah cerita ini tembus Bobo. Saat melihat ilustrasinya mata langsung berkaca-kaca karena terharu.
Tarian Pohon Mengkudu
Oleh Nurul Ikoma
Namanya
Pohon Mengkudu. Pohon yang dikenal dengan buah buruk rupa ini, suka menari jika
ada angin yang menerpanya.
“Hmmm... haruuum...,” ucap Pohon Mengkudu
meliuk-liuk mengikuti gerakan angin.
Ia
terus menerus mengendus aroma bunga mangga yang ada disekitarnya. Pohon
Mengkudu memang suka aroma wangi bunga mangga. Pohon-pohon mangga jadi
tersenyum geli melihatnya.
“Wah...
lihat! Pohon Mengkudu sedang menari,” kata Pohon Mangga Gadung.
“Kamu
benar-benar lucu, Pohon Mengkudu,” seru Pohon Mangga Manalagi.
“Iya...
ya. Dia selalu membuat kita tertawa,” sahut Pohon Mangga Madu.
Mendengar
itu, Pohon Mengkudu terus menggoyang-goyangkan badannya. Ia senang dengan
ucapan teman-temannya. Namun tiba-tiba angin besar berhembus dan merontokkan
buah-buah Pohon Mengkudu.
Anak-anak
kecil yang kebetulan lewat, mengambil buah-buah itu. Lalu mereka saling
melempar dan membuangnya. Bahkan ada pula yang menginjak-injak atau membanting
buah kuning kehijauan itu. Pohon Mengkudu jadi sedih sekali.
**
“Wah...
asyiiik..., sebentar lagi buah-buahku akan di panen,” kata Pohon Mangga Gadung.
“Iya.
Bahkan buahku yang masih muda pun juga dipanen, karena sudah manis,” seru Pohon
Mangga Manalagi.
“Buahku
juga manis, lho,” sahut Pohon Mangga Madu tak mau kalah.
Pohon-pohon
mangga itu sedang bergembira. Bunga-bunga mereka sudah berganti menjadi buah
yang siap panen.
“Buahku
juga siap dipanen, lho,” teriak Pohon Mengkudu memberitahu. Ia tersenyum sambil
terus menari-nari karena hembusan angin.
Pohon-pohon
mangga tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan sebagian ada yang sampai
terbatuk-batuk. Pohon Mengkudu masih tersenyum. Dikiranya, pohon mangga-mangga
itu sedang tertawa melihat tariannya.
“Tapi,
yang suka buah kamu itu cuma Kakek Suto,” kata Pohon Mangga Gadung tertawa.
“Anak-anak
kecil di sini tidak suka buah mengkudu. Hihihi...,” Pohon Mangga Manalagi
terkekeh.
Pohon
Mengkudu berhenti menari. Mukanya cemberut.
“Teman-teman...
hentikan gurauan kalian. Lihat, Pohon Mengkudu jadi bersedih!” ucap Pohon Mangga
Madu.
Pohon
Mangga Gadung dan Manalagi langsung menghentikan tawa mereka. Sejak saat itu
Pohon Mengkudu selalu bersedih, ia tak mau tersenyum walaupun sedang menari
bersama angin. Ia baru tersenyum jika Kakek Suto mengambil buah-buahnya.
**
“Kemana ya, Kakek Suto? Harusnya ia
sudah mengambil buah-buahku lagi,” gumam Pohon Mengkudu.
“Hei... Kakek Suto datang. Pasti ia
akan mengambil buah-buahmu,” seru Pohon Mangga Madu.
Kakek
Suto datang bersama cucu-cucunya. Ia membawa galah dan keranjang kecil. Pohon
Mengkudu bergembira.
Tapi,
Kakek Suto berhenti di bawah pohon mangga madu. Dengan galah tersebut, Kakek
Suto mengambil buah-buah mangga yang siap dipetik. Kedua cucu Kakek Suto senang
sekali. Mereka akan membuat jus mangga, katanya.
Pohon Mengkudu memperhatikan cucu
Kakek Suto. Sari dan Doni namanya, begitu Kakek Suto tadi memanggil mereka.
“Alangkah bahagianya aku jika
anak-anak itu juga menyukai buahku,” kata Pohon Mengkudu menunduk sedih.
Pohon Mangga Madu melirik Pohon
Mengkudu. Tadinya ia bergembira karena sedang dipanen Kakek Suto, tapi kini tak
berani menampakkan rasa bahagianya lagi.
“Pohon Mengkudu... , jangan bersedih
dong. Percayalah... pasti suatu hari nanti anak-anak juga akan suka padamu,”
hibur Pohon Mangga Madu.
Pohon Mengkudu diam. Ia tahu Pohon
Mangga Madu hanya menghiburnya saja. Tapi, Pohon Mengkudu jadi deg-degan
setelah Kakek Suto dan kedua cucunya menghampiri dirinya. Mau apa ya? Pikir Pohon Mengkudu.
“Ini pohon kesayangan Kakek.
Buah-buahnya selalu membuat Kakek sehat, tidak terkena tekanan darah tinggi.
Buah-buah ini juga bisa mengobati sakit demam, batuk dan sakit perut, lho,”
ucap Kakek Suto pada Sari dan Doni. Kedua cucu Kakek Suto manggut-manggut.
“Pohon ini juga bisa menghilangkan
sisik kaki kalian. Ayo, Kakek tunjukkan caranya,” ucap Kakek.
Lalu Kakek Suto mengambil buah
mengkudu yang masak. Kemudian menggosok-gosokkan buah itu ke kaki. Sari dan
Doni pun mengikuti apa yang dilakukan Kakek Suto.
“Sedang apa, Kek?” tanya anak-anak
yang suka main lempar-lemparan buah mengkudu.
“Membersihkan kaki yang bersisik.
Setelah digosokkan, biarkan 5-10 menit. Setelah itu bersihkan dengan kain
bersih yang dibasahi air hangat. Ayo, kalian boleh mencobanya,” ucap Kakek
Suto.
Seketika anak-anak itu menirukan apa
yang dilakukan Kakek Suto, Sari dan Doni. Mereka melakukan dengan tertawa
riang. Mereka tak menyangka, buah yang biasanya mereka buang dan injak-injak,
ternyata ada manfaatnya.
Pohon
Mengkudu terharu. Ia pun mulai menari lagi mengikuti gerakan angin dengan
tersenyum gembira. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar