Kilas balik:
Saat itu ingin menulis tentang simbiosis mutualisme dan terpilih tokoh hewan kerbau dan burung jalak.
Karena ini dongeng mini (dongeng yang dimuat hanya 1 halaman), maka konflik yang dihadirkan tidak banyak. Dengan konflik sederhana, saya hadirkan perselisihan yang sedikit lucu antara kedua hewan tersebut. Dan akhirnya karena kesalahpahaman tersebut dua hewan ini bersahabat selamanya.
Tertarik untuk membacanya? Yuk, simak ceritanya di bawah ini.
Kerbau dan Burung Jalak
Oleh Nurul Ikoma K.
Haduh, ribut sekali! Aku jadi terganggu bekerja," keluh Kerbau yang sedang membajak sawah.
"Kraaak... kraaak...." Terdengar suara Burung Jalak di atas pohon dekat sawah.
"Hei, Jalak, pelankan suaramu!' teriak Kerbau sambil sesekali menggaruk badan.
"Kenapa harus pelan? Aku ini sedang menyanyi menghiburmu," ujar Burung Jalak.
"Apa? Kamu menyanyi?"
"Iya. Aku menyanyi lagu indah untukmu agar tidak bosan bekerja. Kemarin aku belajar menyanyi pada Burung Gagak."
Mendengar cerita Jalak, Kerbau tertawa terpingkal-pingkal.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Jalak heran.
"Hahaha... Jadi, sejak tadi kamu menyanyi?" tanya Kerbau.
"Iya," jawab Jalak bangga.
"Suaramu sama sekali tidak merdu. Lebih baik kamu bergurunpada Burung Kutilang, supaya suaramu merdu," usul Kerbau.
Jalak kesal mendengar ucapan Kerbau.
"Kerbau, memangnya kamu tidak senang mendengarkan nyanyianku?"
Kerbau menggeleng cepat sambil menggaruk badan, lalu tertawa lagi.
"Tapi, tadi kamu menari ketika aku menyanyi!" kata Jalak heran.
"Aku tidak menari. Sejak tadi, aku menggaruk badanku yang gatal!"
Mendengar ucapan Kerbau, giliran Jalak yang tertawa.
"Kamu tidak pernah mandi, sih! Pantas saja badanmu bau dan gatal!" celetuk Jalak.
Kini giliran Kerbau yang jengkel. Mereka bertengkar dan saling meledek. Jalak jadi kesal dan mematuk punggung Kerbau. Kerbau hendak marah, tetapi tidak jadi.
Aneh. Ketika punggungnya dipatuk Jalak, Kerbau malah merasa seperti digaruk.
"Wah, enaknya! ternyata banyak makanan di sini," gumam Jalak. Ia juga tampak gembira setelah mematuk punggung Kerbau.
"Apa kamu bilang?" tanya Kerbau.
"Aku sedang memakan kutu di punggungmu. Nyam...nyam...," jawab Burung Jalak.
"Pantas saja rasa gatalku sedikit berkurang. Makanlah kutu-kutu itu sampai habis!" Kerbau tertawa senang.
Akhirnya karena merasa saling diuntungkan, mereka saling bersahabat. Kerbau kini bisa bekerja tanpa menggaruk-garuk badan. Jalak pun bisa kenyang karena mendapat makanan dari punggung Kerbau. **
"Kraaak... kraaak...." Terdengar suara Burung Jalak di atas pohon dekat sawah.
"Hei, Jalak, pelankan suaramu!' teriak Kerbau sambil sesekali menggaruk badan.
"Kenapa harus pelan? Aku ini sedang menyanyi menghiburmu," ujar Burung Jalak.
"Apa? Kamu menyanyi?"
"Iya. Aku menyanyi lagu indah untukmu agar tidak bosan bekerja. Kemarin aku belajar menyanyi pada Burung Gagak."
Mendengar cerita Jalak, Kerbau tertawa terpingkal-pingkal.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Jalak heran.
"Hahaha... Jadi, sejak tadi kamu menyanyi?" tanya Kerbau.
"Iya," jawab Jalak bangga.
"Suaramu sama sekali tidak merdu. Lebih baik kamu bergurunpada Burung Kutilang, supaya suaramu merdu," usul Kerbau.
Jalak kesal mendengar ucapan Kerbau.
"Kerbau, memangnya kamu tidak senang mendengarkan nyanyianku?"
Kerbau menggeleng cepat sambil menggaruk badan, lalu tertawa lagi.
"Tapi, tadi kamu menari ketika aku menyanyi!" kata Jalak heran.
"Aku tidak menari. Sejak tadi, aku menggaruk badanku yang gatal!"
Mendengar ucapan Kerbau, giliran Jalak yang tertawa.
"Kamu tidak pernah mandi, sih! Pantas saja badanmu bau dan gatal!" celetuk Jalak.
Kini giliran Kerbau yang jengkel. Mereka bertengkar dan saling meledek. Jalak jadi kesal dan mematuk punggung Kerbau. Kerbau hendak marah, tetapi tidak jadi.
Aneh. Ketika punggungnya dipatuk Jalak, Kerbau malah merasa seperti digaruk.
"Wah, enaknya! ternyata banyak makanan di sini," gumam Jalak. Ia juga tampak gembira setelah mematuk punggung Kerbau.
"Apa kamu bilang?" tanya Kerbau.
"Aku sedang memakan kutu di punggungmu. Nyam...nyam...," jawab Burung Jalak.
"Pantas saja rasa gatalku sedikit berkurang. Makanlah kutu-kutu itu sampai habis!" Kerbau tertawa senang.
Akhirnya karena merasa saling diuntungkan, mereka saling bersahabat. Kerbau kini bisa bekerja tanpa menggaruk-garuk badan. Jalak pun bisa kenyang karena mendapat makanan dari punggung Kerbau. **
Dongeng ini dimuat di Bobo terbit 7 April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar